https://journal.actual-insight.com/index.php/antropocene/issue/feedAntropocene : Jurnal Penelitian Ilmu Humaniora2025-08-07T04:25:18+00:00Open Journal Systems<p><strong>Antropocene : Jurnal Penelitian Ilmu Humaniora</strong> adalah jurnal penelitian yang terbit setiap bulan. Antropocene menyediakan wadah bagi dosen, akademisi, peneliti, praktisi, dan mahasiswa untuk menyampaikan dan berbagi ilmu berupa artikel penelitian empiris dan teoritis, studi kasus, dan kajian pustaka. Jurnal ini mengundang para profesional di dunia pendidikan, penelitian, dan kewirausahaan untuk berpartisipasi dalam menyebarluaskan ide, konsep, teori baru, atau perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan, dengan cakupan di bidang antropologi, budaya lisan dan budaya tulisan, bahasa, seni klasik dan kontemporer. Pada edisi ini telah <strong><a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/13511">Terindeks SINTA 5.</a></strong></p>https://journal.actual-insight.com/index.php/antropocene/article/view/3018Teologi Hijau: Pemulihan Ekosistem Lingkungan Dengan Iman dan Aksi2025-06-12T00:31:34+00:00Paulus Yanuarius Aziazipaul05192@gmail.comAnastasia Bela Biliazipaul05192@gmail.com<p>Bumi menghadapi berbagai tantangan krisis lingkungan akibat eksploitasi berlebihan dan ketidakseimbangan ekosistem. Masalah krisis lingkungan dapat diatasi dengn pendekatan Teologi hijau. Artikel ini bertujuan untuk menawarkan pendekatan holistik dalam pemulihan ekosistem melalui iman dan aksi nyata lewat tindakan bijaksana dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemulihan ekosistem lingkungan dimulai dari kesadaran ekologis bahwa manusia bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan menjaga dan merawat sesuai dengan firman Tuhan di awal penciptaan bumi. Tindakan nyata dalam pemulihan lingkungan dapat dimulai dari pemimpin gereja lewat Khotbah dan Doa tentang pemulihan lingkungan, lembaga pendidikan melalui edukasi peduli lingkungan kepada generasi muda, penggunaan pupuk organik ramah lingkungan dalam usahatani, penggunaan teknologi hijau dan energi terbarukan serta penegakkan hukum yang ketat. Pemulihan ini dapat berlansung lama ketika gereja, pemerintah, dan masyarakat terus bekerja sama guna menjaga keseimbangan alam bagi generasi mendatang.</p>2025-06-12T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Paulus Yanuarius Azi, Anastasia Bela Bilihttps://journal.actual-insight.com/index.php/antropocene/article/view/3238Dampak Pelaksanaan Tradisi Larung Cai Diraga sebagai Representasi Harmoni Nilai Kebudayaan dan Nilai Ekologis 2025-06-25T03:52:57+00:00Islah Munajiislahmnj17@upi.eduRahmat Rahmatislahmnj17@upi.eduSri Wahyuni Tanszhilislahmnj17@upi.edu<p>Kerusakan lingkungan menjadi hal yang sangat krusial dewasa ini, sehingga diperlukan upaya untuk mengatasi hal tersebut, hal ini dapat diatasi dengan pendidikan karakter terhadap lingkungan, salah satunya melalui bentuk kebudayaan yaitu pada tradisi <em>Larung Cai</em> Diraga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara nilai kebudayaan dan nilai ekologis serta dampaknya pada masyarakat melalui tradisi <em>Larung Cai</em> Diraga. Metode yang digunakan yaitu kualitatif dengan metode studi lapangan yang dilakukan di Dusun Kliwon, Desa Jatiseeng Kidul, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, serta studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan dalam pelaksanaan tradisi <em>Larung Cai</em> Diraga terkandung nilai budaya seperti nilai persatuan yang terdapat pada kirab budaya, nilai toleransi pada do’a lintas iman dan nilai peduli lingkungan pada prosesi <em>larung cai</em>. Tindakan masyarakat secara nyata menunjukkan adanya perubahan perilaku untuk lebih peduli terhadap lingkungan, seperti tidak membuang sampah ke sungai, kerja bakti dan berusaha menjaga kebersihan DAS Cisanggarung. Pelaksanaan tradisi ini menunjukkan adanya harmonisasi antara nilai-nilai kebudayaan dan ekologis pada masyarakat, dan dengan itu masyarakat diharapkan dapat ikut berpartisipasi pada pelaksanaan tradisi <em>Larung Cai</em> Diraga guna menjaga keseimbangan antara budaya dan lingkungan bagi generasi di masa depan.</p>2025-06-26T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Islah Munaji, Rahmat Rahmat, Sri Wahyuni Tanszhilhttps://journal.actual-insight.com/index.php/antropocene/article/view/3421Implementasi ‘’Adat Ngarot’’ untuk Menumbuhkan Modal Sosial Pada Masyarakat Desa2025-07-05T07:42:03+00:00Amelia Laelatus Fajriamelialaelatusf@upi.eduDasim Budimansyahamelialaelatusf@upi.eduIim Siti Masyitohamelialaelatusf@upi.edu<p>Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman mendalam mengenai pelestarian adat Ngarot sebagai bagian dari identitas modal sosial di kalangan pemuda-pemudi serta urgensinya dalam pembangunan masyarakat desa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi adat Ngarot dalam menumbuhkan modal sosial pada masyarakat desa Lelea, kecamatan Lelea, kabupaten Indramayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) adat Ngarot memiliki peran penting dalam menumbuhkan modal sosial masyarakat desa; (2) nilai-nilai yang terkandung dalam Adat Ngarot seperti kebersamaan, gotong royong, persatuan, dan saling menghargai dapat diimplementasikan sebagai modal sosial; (3) hambatan yang dihadapi, seperti keterbatasan penggunaan bahasa sunda Lelea dan pengaturan lalu lintas saat prosesi adat, tidak bersifat signifikan. Kesimpulannya, adat Ngarot merupakan bentuk implementasi modal sosial yang dijalankan oleh pemuda-pemudi sebagai partisipasi dalam pembangunan masyarakat Desa Lelea, memiliki nilai-nilai kerjasama, gotong royong, silahturahmi, dan persatuan.</p>2025-07-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Amelia Laelatus Fajri, Dasim Budimansyah, Iim Siti Masyitohhttps://journal.actual-insight.com/index.php/antropocene/article/view/3567Etika dan Kekuasaan di Ruang Digital: Perspektif Sosial Budaya tentang Kewarganegaraan di Dunia Maya2025-08-07T04:25:18+00:00Tarekh Febriana Putratarekh.febriana@polban.ac.id<p>Kajian tentang demokrasi di ruang digital menjadi isu yang semakin berkembang seiring dengan transformasi sosial yang berlangsung pesat. Kondisi ini menunjukkan adanya benturan antara kebebasan berekspresi dengan pendekatan moral yang normatif, sehingga penting untuk mengkaji kembali posisi etika dan regulasi dalam dunia digital. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana relasi antara kebebasan berekspresi, etika, dan regulasi dapat dipahami dalam konteks ruang digital. Metode penelitian yang digunakan adalah netnografi dengan memadukan pendekatan etnografi pada lingkup digital. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif pada media sosial Instagram, kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik untuk mengidentifikasi pola narasi etika, simbol, dan dinamika kuasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebebasan berekspresi di ruang digital, dengan adanya intervensi algoritma, justru memperkuat munculnya perilaku yang berpotensi melanggar etika digital. Temuan ini menegaskan bahwa ketidakjelasan batasan regulasi menjadi faktor yang memicu kerentanan dalam praktik demokrasi digital. Riset menyimpulkan bahwa etika digital perlu dikodifikasi dalam regulasi yang jelas agar dapat diaplikasikan secara praktis di ruang digital. Implikasi penelitian ini menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, platform digital, dan masyarakat dalam membangun tata kelola ruang digital yang berkeadaban.</p>2025-08-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Tarekh Febriana Putra